MALANG, PENAJATIM.COM – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Malang kembali menggelar panen edamame di Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) sebagai hasil nyata dari program pembinaan kemandirian bagi warga binaan. Panen edamame yang dilakukan secara bertahap sejak Jumat, 3 Oktober 2025 hingga hari ini berhasil menghasilkan sekitar 6 kuintal edamame kualitas unggul dari lahan seluas 2.500 meter persegi.
Dengan sistem tanam dan perawatan yang dikelola secara mandiri oleh warga binaan, kegiatan ini menjadi bukti bahwa program pembinaan di bidang pertanian telah berjalan efektif dan berkelanjutan. Melalui kegiatan ini, Lapas Malang tidak hanya berfokus pada produktivitas hasil pertanian, tetapi juga pada pembentukan karakter dan keterampilan kerja warga binaan sebagai bekal ketika kembali ke masyarakat.
Kegiatan panen turut dihadiri oleh Kepala Bidang Kegiatan Kerja (Giatja) Lapas Kelas I Malang, Asmuri, yang juga ikut turun langsung ke lahan bersama para warga binaan. Beliau memberikan apresiasi atas kerja keras dan semangat warga binaan serta para petugas pembimbing yang terus mendampingi kegiatan pertanian ini. “Keberhasilan panen edamame kali ini tidak hanya dilihat dari banyaknya hasil, tetapi dari bagaimana warga binaan mampu menunjukkan kedisiplinan, tanggung jawab, dan semangat kerja yang tinggi. Ini adalah bukti nyata bahwa pembinaan berbasis kerja benar-benar membawa dampak positif serta konsisten,” ujar Asmuri, Senin (6/10/2025).
Asmuri menambahkan bahwa SAE menjadi wadah bagi warga binaan untuk belajar mandiri, bekerja sama, serta mengasah keterampilan yang bermanfaat bagi kehidupan setelah masa pidana berakhir. Dengan demikian, warga binaan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan mereka untuk menjadi lebih mandiri dan produktif.
Sementara itu, Kepala Lapas Kelas I Malang, Teguh Pamuji, menyampaikan bahwa panen edamame ini merupakan bentuk keberhasilan program pembinaan yang berorientasi pada kemandirian dan produktivitas. Beliau menegaskan bahwa kegiatan di SAE bukan sekadar rutinitas, tetapi bagian dari upaya nyata membangun karakter dan etos kerja warga binaan.
“Kemandirian tidak lahir secara instan, melainkan melalui proses pembinaan yang panjang dan berkesinambungan. Dimulai dari pembentukan karakter, pelatihan keterampilan, hingga pendampingan manajemen kegiatan. Segala bentuk rangkaian tersebut akan menghasilkan sebuah konsistensi dan branding pemasyarakatan yang produktif dan bermanfaat untuk masyarakat,” ungkap Teguh.
Teguh berharap, melalui kegiatan seperti ini, Lapas Kelas I Malang dapat terus mencetak warga binaan yang produktif, memiliki nilai tambah, dan siap berkontribusi positif bagi masyarakat setelah bebas nanti. Dengan demikian, warga binaan dapat menjadi aset yang berharga bagi masyarakat dan negara. (Ris).