PENAJATIM.COM – Satu tahun pemerintahan Prabowo–Gibran menjadi momen yang tak ingin dilewatkan begitu saja oleh mahasiswa Jawa Timur. BEM Nusantara Jatim (BEMNUS JATIM) menggelar kegiatan reflektif bertajuk “Refleksi Satu Tahun Prabowo–Gibran: Evaluasi, Harapan, dan Komitmen untuk Indonesia Maju”, Senin (20/10), di Ruang 507 Gedung F Lantai 5 Universitas Dr. Soetomo Surabaya.
Puluhan mahasiswa dari berbagai daerah di Jawa Timur berkumpul, membawa semangat dialog dan kesadaran politik yang hidup. Mereka datang bukan sekadar untuk mengkritik, melainkan untuk menegaskan kembali posisi mahasiswa sebagai kekuatan moral yang tetap mengawal jalannya pemerintahan.
Acara dibuka dengan suasana khidmat: menyanyikan lagu Indonesia Raya, doa bersama, dan sambutan dari Koordinator Daerah BEMNUS Jatim, Helvin Rosiyanda Putra. Dalam pidatonya, Helvin menegaskan pentingnya refleksi mahasiswa terhadap arah pemerintahan yang baru berjalan setahun ini.
“Satu tahun ini adalah cermin awal dari arah pemerintahan ke depan. Mahasiswa harus hadir sebagai mitra kritis, bukan penonton pasif. Kami ingin memastikan semangat demokrasi tetap hidup dan aspirasi rakyat tidak dikhianati,” ujar Helvin dengan tegas.
Usai sambutan, panggung diisi dengan monolog teatrikal yang memvisualisasikan dinamika kekuasaan: tentang bagaimana idealisme sering kali berbenturan dengan kenyataan politik, dan bagaimana tanda-tanda otoritarianisme bisa menyelinap tanpa terasa. Pertunjukan ini menjadi ruang ekspresi kegelisahan mahasiswa terhadap potensi penyimpangan demokrasi.
Bagian inti acara diisi dengan diskusi terbuka bertema “Langkah Pemuda dalam Menyampaikan Solusi Responsif atas Maraknya Pemerintahan yang Nakal.” Diskusi ini menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai daerah:
Pesma Deni (Koordinator Aliansi BEM Banyuwangi).
Ikhsan (Presiden Mahasiswa & Koordinator Aliansi BEM Tulungagung).
Alfatizie (Presiden Mahasiswa & Koordinator Aliansi BEM Kabupaten Malang).
Fadilah Ramdhan (Koordinator Aliansi BEM Situbondo).
Ainul Yakin (Koordinator Aliansi BEM Bojonegoro).
Perwakilan BEM Pamekasan.
Dalam forum yang berlangsung hangat dan interaktif itu, para narasumber mengurai berbagai evaluasi dan tawaran solusi, mulai dari isu penegakan hukum, transparansi anggaran publik, pendidikan, hingga potensi pelemahan demokrasi oleh kekuasaan yang terlalu terkonsentrasi.
Kritik disampaikan tajam, namun tetap konstruktif. Semangat yang muncul bukan sekadar menolak, melainkan memperjuangkan perubahan yang lebih beradab dan berkeadilan.
Acara ditutup dengan foto bersama seluruh peserta dan panitia, diiringi penyerahan hasil refleksi dalam bentuk rekomendasi strategis yang akan diumumkan kepada publik. Dokumen itu menjadi simbol tanggung jawab moral mahasiswa, bahwa di tengah hiruk pikuk politik nasional, suara muda tetap harus menjadi pengingat agar kekuasaan tidak lupa arah.

















